Ibu korban saat menyaksikan rekonstruksi di Polrestabes Medan
Medan — Duka mendalam menyelimuti hati Hertawan Lawolo (31), seorang ayah yang harus menerima kenyataan pahit setelah kehilangan dua anaknya akibat aksi penikaman brutal yang dilakukan tetangganya sendiri. Sementara itu, satu anak lainnya masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Belum usai luka batin akibat tragedi tersebut, Hertawan kini dihadapkan pada kesulitan finansial. Ia terdesak untuk melunasi sisa biaya rumah sakit sebesar Rp 50 juta dari total tagihan medis yang mencapai Rp 190 juta.
"Selama masa perawatan kemarin, memang ada donasi yang masuk dan membantu membayar sebagian biaya. Namun, hingga kini masih tersisa utang Rp 50 juta yang belum bisa saya selesaikan," ujarnya dengan suara bergetar dan air mata yang terus mengalir.
Hertawan mengungkapkan bahwa pihak rumah sakit terus menghubunginya untuk segera melunasi tagihan tersebut. Dalam kondisi yang masih berduka, ia berharap adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah, khususnya Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan.
"Saya benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. Saya mohon pemerintah, baik dari Dinas Sosial maupun Dinas Kesehatan, bisa membantu meringankan beban ini," harapnya penuh kepasrahan.
Rekonstruksi yang Memperdalam Luka
Rasa pedih semakin terasa saat Hertawan menghadiri reka ulang kejadian di halaman Gedung Satreskrim Polrestabes Medan, Jumat (14/2/2025). Dalam rekonstruksi tersebut, ia harus menyaksikan langsung bagaimana pelaku dengan sadis menikam ketiga anaknya hingga dua di antaranya meninggal dunia.
![]() |
Tersangka Sihaloho saat rekonstruksi |
"Tidak sanggup saya melihat adegan itu. Hati saya hancur," ucapnya sembari menundukkan kepala menahan isak tangis.
Dugaan Pembunuhan Berencana
Kuasa hukum keluarga korban, Paul JJ Tambunan, menduga kuat bahwa aksi keji tersebut merupakan pembunuhan berencana. Menurut Paul, pelaku memanfaatkan momen ketika orang tua korban sedang bekerja untuk melancarkan aksinya.
"Kami menduga ini adalah pembunuhan berencana. Pelaku menunggu hingga kedua orang tua korban pergi bekerja sebelum melakukan aksinya. Ini perlu dikembangkan lebih lanjut oleh penyidik Polrestabes Medan," tegas Paul.
Ia menambahkan bahwa sebelum kejadian, memang pernah terjadi perselisihan antara pelaku dan keluarga korban terkait masalah sampah dan parkir kendaraan. Namun, permasalahan tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Perselisihan itu sudah dianggap selesai. Kami tidak tahu apakah pelaku masih menyimpan dendam atau motif lainnya," jelas Paul.
Harapan Keadilan dan Bantuan Pemerintah
Paul berharap pihak kepolisian dapat menjerat pelaku dengan pasal pembunuhan berencana agar mendapatkan hukuman seberat-beratnya. Selain itu, ia juga meminta perhatian serius dari pemerintah untuk meringankan beban finansial keluarga korban yang tengah berjuang melanjutkan hidup di tengah duka mendalam.
"Kami berharap Kemensos, Kemenkes, serta dinas terkait di Kota Medan dan Provinsi Sumut dapat turun tangan membantu keluarga ini. Mereka telah kehilangan dua anak dan kini harus menghadapi tekanan ekonomi akibat biaya pengobatan yang belum terbayar," pungkasnya.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial di tengah masyarakat. Di sisi lain, proses hukum yang adil diharapkan dapat memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban sekaligus mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Post a Comment